BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lulusan
sebuah perguruan tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skiil, dan
communication skill. Sinergisme keempatnya akan tercermin melalui kemampuan
lulusan dalam kecepatan menemukan solusi atas persoalan-persoalan atau
tantangan-tantangan yang dihadapi. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta merupakan Lembaga
Pendidikan Tinggi dibidang ilmu agama dan kemasyarkatan serta merupakan bagian
dari satuan sistem perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Dalam hal
ini, baik secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam proses mekanisme
pembangunan bangsa melalui penerjunan mahasiswa ke perusahaan-perusahaan dalam
bentuk Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang merupakan upaya partisipasi aktif dalam
memperoleh wawasan baru.
Kuliah Kerja
Lapangan sebagai realitas Tridarma Perguruan Tinggi dan sebagai bentuk
pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan kegiatan intra kulikuler yang
wajib dilaksanakan oleh mahasiswa yang akan menyelesaikan program studi sarjana
(S1). Disamping KKL bagi mahasiswa merupakan sarana belajar secara langsung
mengenai berbagai hal yang terdapat di perusahaan-perusahaan manufaktur yang
dikunjungi.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun
maksud dan tujuan disusunnya laporan KKL ini adalah sebagai berikut:
1.
Mendapatkan pengalaman praktis aplikatif dan
implementatif dalam rangka pengembangan ilmu.
2.
Memberikan gambaran secara langsung tentang
kelembagaan keuangan syariah bank dan non bank.
3.
Mengembangkan jiwa enterpreneurship.
4.
Membina dan mengembangkan sikap profesionalisme.
5.
Memperkaya wawasan menjadi seorang wirausahawan.
C. Metode Pengumpulan Data
Adapun penyusunan laporan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) ini penulis memperoleh data yang ada dengan cara :
- Metode
Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis atas gejala –
gejala (fenomena) yang sedang diteliti. Metode observasi ini dilakukan dengan
cara mengadakan pencatatan secara sistematis dan mengadakan pengamatan secara
langsung ke lokasi yaitu PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk (Cabang Pasuruan),
Krisna Bali (Cok Konfeksi) dan Angga Cahaya Dewata Garment tentang produk dan
kegiatan produksinya.
- Metode
Interview
Interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Interview dilakukan pada saat
observasi berlangsung dengan bagian pemasaran dan publikasi pada
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk (Cabang Pasuruan), Krisna Bali (Cok Konfeksi)
dan Angga Cahaya Dewata Garment guna mendapatkan informasi dan data mengenai
produk dan media promosi selama ini.
BAB
II
PROFIL
LEMBAGA/ PERUSAHAAN
A.
PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk (Cabang Pasuruan)
1. Alamat
Perusahaan: PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Cabang Pasuruan Jl. Raya Beji Km.
32 Desa Cangkring Malang Bangil, Pasuruan Jawa Timur,Indonesia.
3. Visi
dan Misi Perusahaan:
VISI
·
Produsen Barang-barang Konsumsi yang Terkemuka.
MISI
·
Senantiasa melakukan inovasi, focus pada kebutuhan
pelanggan, menawarkan merek-merek unggulan dengan kinerja yang tidak
tertandingi.
·
Menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan
pelanggan.
·
Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses
produksi dan teknologi kami.
·
Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan secara berkelanjutan.
·
Meningkatkan stakeholders’ value secara
berkesinambungan.
4. Tujuan
Kelembagaan:
·
Menyebarkan informasi produk kepada
target pasar potensial.
·
Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan
profit.
·
Untuk mendapatkan pelanggan baru dan
menjaga kesetiaan pelanggan.
·
Untuk menjaga kestabilan penjualan
ketika terjadi persaingan pasar.
·
Membedakan serta mengunggulkan produk
dibanding produk pesaing.
·
Membentuk citra produk di mata konsumen
sesuai dengan yang diinginkan.
5. Struktur
Organisasi Perusahaan:
6. Dewan
Komisaris PT.Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk
President Commissioner
|
Commissioner
|
Commissioner
|
Commissioner
|
Commissioner
|
Independent Commissioner
|
Independent Commissioner
|
Independent Commissioner
|
7. Dewan
Direksi PT.Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk
President Director
|
Director
|
Director
|
Director
|
|
Director
|
Director
|
Director
|
Director
|
|
Director
|
||||
B.
Krisna
Bali (Cok Konfeksi)
1. Alamat
Perusahaan: Jl. Nusa Indah No. 77 Denpasar – Bali
2. Website
Perusahaan:
Ø www.cokkonfeksi.com
3. Visi dan
Misi Perusahaan:
VISI
·
Untuk menjadikan kumpulan perusahaan
berstandar International dengan tetap berpegang pada kearifan dan norma-norma
luhur
MISI
·
Memberikan barang dan jasa berkualitas
tinggi di segala bidang yang membuat kami dijadikan pilihan utama sebagai mitra
usaha.
·
Memberikan pengarahan, dan pertolongan
secara intensif kepada anak perusahaan.
·
Dengan bijaksana mengadakan kerjasama
yang baik diantara anak perusahaan.
·
Menyesuaikan diri secara dinamis
terhadap perubahan.
·
Secara terus menerus mengembangkan
barang dan jasa yang inovatif untuk perkembangan pelanggan kami dalam moril
maupun material.
4.
Lembaga- lembaga yang tergabung dalam
Krisna (Cok Konfeksi) adalah:
a.
Cok Konfeksi
b.
Krisna oleh-oleh khas Bali
c.
Krisna Auto Gallery
d.
Krisna Moda Bridal & Spa
e.
Krisna Bali Wisata
f.
Krisna Art Gallery
C.
Angga
Cahaya Dewata Garment
1. Alamat
Perusahaan: Jl. By Pass Ngurah Rai 53 Tohpati, Sanur Denpasar Bali
3. Visi
dan Misi Perusahaan:
VISI
·
Pusat Souvenir dan Oleh - Oleh Khas Bali
yang TERLENGKAP, TERBESAR dan BERKUALITAS.
MISI
·
Selalu memberikan pelayanan terbaik dan kepuasan dalam
berbelanja kepada seluruh pengunjung maupun pelanggan.
·
Memberikan beraneka pilihan produk - produk yang
selalu mencitrakan unsur dan nuansa
etnik Bali di setiap produk.
·
Kualitas yang terjamin dan harga yang sangat
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
5.
Lembaga- lembaga yang tergabung dalam
Anggara Dewata Konfeksi adalah:
a.
Angga Collection bergerak di
bidang konveksi.
b.
Dewata Gym bergerak di
bidang olahraga.
c.
Dewata Kaos menjual bahan
kaos.
d.
Dwix Bordir bergerak di
bidang pelayanan baju bordir.
e.
Dewata Oleh-Oleh Khas Bali
menjual souvenir oleh-oleh bali.
6.
Struktur Organisasi:
Tidak
seperti pada usaha-usaha dagang lainnya yang memiliki stuktur organisasi yang
terorganisir, di Angga Dewata Konfeksi tidak memiliki struktur organisasinya.
Disini diterapkan pendekatan secara kekeluargaan. Semua pegawai dianggap
sebagai satu keluarga. Bapak dan Ibu selalu memberikan kepercayaan penuh kepada
pegawainya tanpa ada yang dibanding-bandingkan. Di Angga Dewata Konfeksi tidak
memiliki manager disetiap usaha.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Materi Yang Disampaikan
a. Pt. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk (Cabang Pasuruan)
ICBP berdiri
sebagai entitas terpisah pada bulan September 2009 dan tercatat sebagai
perusahaan publik di BEI pada tanggal 7 Oktober 2010. ICBP didirikan melalui proses
restrukturisasi internal Grup CBP dari Indofood, perusahaan induk yang tercatat
sebagai perusahaan publik di BEI sejak tahun 1994.
Berbagai
kegiatan usaha dan merek yang digunakan untuk produk ICBP telah dikenal sejak
lama, dimana beberapa diantaranya merupakan pemimpin pasar. Sejarah dari
berbagai kegiatan usaha Perseroan adalah sebagai berikut:
1982 Kegiatan
usaha mi instan mulai beroperasi dengan diluncurkannya merek Sarimi. Berbagai
merek mi instan lainnnya seperti Indomie, Supermi dan Pop Mie melengkapi
portofolio produk ICBP, masing-masing pada tahun 1984, 1986 dan 1988.
1985 Kegiatan
usaha nutrisi dan makanan khusus mulai beroperasi dengan Promina sebagai merek
pertama yang diluncurkan. Merek SUN diluncurkan di tahun 1989 untuk menjangkau segmen
pasar yang berbeda.
1990 Kegiatan
usaha makanan ringan dijalankan oleh perusahaan patungan 51:49 dengan Seven-Up
Nederland B.V., afiliasi dari PepsiCo Inc. dengan menggunakan tiga merek, yaitu
Chitato, Chiki dan JetZ. Cheetos dan Lays, yang masing-masing diluncurkan pada
tahun 1992 dan 2005, merupakan merek dengan lisensi dari PepsiCo. Pada tahun
2007, merek Qtela diluncurkan untuk menjangkau pasar makanan ringan
tradisional.
1991 Kegiatan
usaha penyedap makanan mulai beroperasi dengan produk kecap yang dipasarkan
dengan menggunakan dua merek, yaitu Piring Lombok dan Niki Echo. Pada tahun
1992, merek Indofood diluncurkan untuk produk kecap dan produk-produk lainnya,
yaitu saus sambal dan bumbu instan. PT Nestlé Indofood Citarasa Indonesia
(”NICI”) yang didirikan pada tahun 2005, merupakan perusahaan patungan dengan
Nestlé SA dengan kepemilikan saham masing-masing sebesar 50%, bertanggung jawab
untuk memasarkan produk-produk kuliner. Sedangkan produk sirup Indofood
diluncurkan pada tahun 2007.
2005 Kegiatan
usaha biskuit mulai beroperasi dengan dua merek: Trenz untuk segmen anak muda
dan dewasa, dan Wonderland yang menjangkau segmen keluarga. Pada tahun 2011,
merek Bim Bim diluncurkan untuk menjangkau pasar anak-anak.
2008 Kegiatan
usaha dairy melengkapi portofolio usaha ICBP dengan diakuisisinya
Drayton Pte. Ltd., yang memiliki kepemilikan saham sebesar 68,57% di PT
Indolakto, pemain terbesar kedua di industri dairy Indonesia. Indomilk,
yang merupakan merek utama PT Indolakto, telah hadir di Indonesia selama lebih
dari empat dekade.
Sebagai
salah satu produsen mi instan terbesar di dunia, ICBP menawarkan berbagai
produk mi instan antara lain bag noodles, cup noodles, mi telur dan
bihun instan dengan berbagai merek yang ditujukan kepada berbagai segmen di
pasar. Merek-merek utamanya termasuk Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie,
Mi Telor Cap 3 Ayam dan Pop Bihun. Merek-merek utama tersebut merupakan
merek-merek yang terkemuka dan sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Dairy Kegiatan
usaha dairy, dijalankan oleh PT Indolakto, Anak Perusahaan tidak
langsung Perseroan yang merupakan salah satu pemain utama dalam industri dairy
di Indonesia. Produk dairy Grup ICBP meliputi susu kental manis, susu
cair (susu UHT, susu steril dalam botol dan susu pasteurisasi), susu bubuk dan
produk dairy lainnya seperti es krim, minuman yogurt dan mentega.
Merek-merek utamanya termasuk Indomilk, Cap Enaak, Indoeskrim, Nice Yogurt dan
Orchid Butter.
Penyedap
Makanan Perseroan memproduksi berbagai macam produk penyedap makanan seperti
kecap, saus sambal, saus tomat, kaldu dan bumbu instan, serta aneka rasa sirup.
Merek-merek utamanya termasuk Indofood dan Piring Lombok. Seluruh produk
penyedap makanan, kecuali sirup, diproduksi untuk, serta dipasarkan dan dijual
melalui PT Nestlé Indofood Citarasa Indonesia, perusahaan patungan antara
Perseroan dengan Nestlé SA.
Makanan
Ringan Divisi Makanan Ringan, memproduksi makanan ringan moderen dan makanan
ringan tradisional yang dikemas secara moderen, termasuk keripik dan extruded
snack, serta berbagai biskuit dan sandwich cracker. Merek-merek
utamanya adalah Chitato, Qtela , Lays, Cheetos dan Trenz. Kegiatan usaha
makanan ringan kecuali biskuit, dijalankan oleh Anak Perusahaan Perseroan, PT
Indofood Fritolay Makmur, perusahaan patungan dengan Seven-Up Nederland B.V.
Nutrisi
& Makanan Khusus Divisi Nutrisi & Makanan Khusus, memproduksi
berbagai macam bubur sereal dan biskuit untuk bayi dan anak-anak, serta produk
susu untuk ibu hamil dan menyusui. Merek-merek utamanya adalah Promina dan SUN.
Kemasan Grup ICBP
juga memiliki kegiatan usaha kemasan yang memproduksi berbagai kemasan
fleksibel dan karton untuk Perseroan, Grup Indofood dan pelanggan lainnya baik
di dalam maupun luar negeri. Kegiatan usaha kemasan karton dijalankan oleh Anak
Perusahaan Perseroan, PT Surya Rengo Containers. Kegiatan usaha kemasan
memiliki peranan penting dalam mata rantai kegiatan usaha Grup ICBP dari pabrik
sampai ke pasar dalam menjaga kualitas produk, pengiriman yang tepat waktu dan
pasokan yang stabil.
Proses
pembuatan mie instan terdiri dari delapan tahap, yaitu mixing(pencampuran), pressing(pengepresan), slitting
(pembentukan untaian), steaming(pengukusan),
cutting and folder (pemotongan dan
pencetakan), frying(penggorengan), cooling (pendinginan) dan packing(pengemasan). Proses yang terjadi
pada setiap tahap adalah :
a)
Mixing atau
Pencampuran Proses awal dalam pembuatan mie instan adalah pencampuran atau
proses mixing. Proses mixingadalah proses pencampuran dan pengadukan
material-material yang terdiri dari meterial tepung dan air alkali (campuran
antara air dan beberapa ingredientyang ditentukan) sehingga diperoleh adonan
yang merata atau homogen. Mutu adonan yang baik adalah yang tidak lembek dan
tidak perau atau dengan kata lain memiliki kadar air sebesar 32% sampai dengan
34%. Proses pencampuran ini berlangsung kurang lebih selama 15 menit dengan
suhu 35° C
b)
Pressing atau
Pengepresan Setelah adonan menjadi homogen, campuran tersebut masuk ke dalam
mesin pengepres adonan. Di dalam mesin pengepres, adonan melalui beberapa roll
press. Adonan akan mengalami peregangan
pada saat dipress dan terjadi relaksasi pada saat keluar dari roll press. Hal
ini terjadi beberapa kali pada saat melalui roll presssehingga terbentuk
lembaran yang lembut, homogen, elastik dan tidak terputus dengan ketebalan
tertentu. Tebal lembaran yang dihasilkan bergantung dengan jenis mesin 40 yang
digunakan. Rataan tebal lembaran yang dihasilkan adalah 1,12-1,18 mm.
c)
Slitting atau
Pembentukan Untaian Pembentukan untaian adalah suatu proses pemotongan lembaran
adonan menjadi untaian mie dan kemudian siap dibentuk gelombang mie. Jumlah
untaian mie yang dihasilkan dapat diatur sesuai dengan jenis mie yang sedang
diproduksi. Selanjutnya untaian mie tersebut dilewatkan ke dalam suatu laluan
berbentuk segi empat yang disebut waving net,sehingga terbentuk gelombang mie
yang merata dan terbagi dalam beberapa jalur.
d)
Steaming atau
Pengukusan Proses selanjutnya adalah proses pengukusan untaian mie yang keluar
dari slittersecara kontinu dengan menggunakan
steam boxatau mesin yang memiliki tekanan uap cukup tinggi dengan suhu
tertentu. Proses pengukusan akan berlangsung selama dua menit dangan suhu
pemanasan ± 65°C. Tujuan proses pengukusan adalah memasak mie mentah menjadi
mie dengan sifat fisik padat. Dalam proses steamingini akan terjadi proses
gelatinisasi pati dan koagulasi gluten, yang menyebabkan gelombang mie bersifat
tetap dan memiliki tekstur lembut, lunak, elastis dan terlindungi dari
penyerapan minyak yang terlalu banyak pada proses penggorengan atau frying.
e)
Cutting and
Folder atau Pemotongan dan Pencetakan Pemotongan dan pencetakan adalah suatu
proses memotong lajur mie pada ukuran tertentu dan melipat menjadi dua bagian
sama panjang, kemudian mendistribusikannya ke mangkok penggorengan. Mie
dipotong dengan menggunakan alat berupa pisau yang berputar.
f)
Frying atau
Penggorengan Proses penggorengan adalah suatu proses merapikan mie di dalam
mangkok pengorengan, kemudian merendamnya di dalam 41 media penghantar panas.
Dalam hal ini minyak olein atau minyak goreng pada suhu tertentu dalam waktu
tertentu. Tujuan dari proses penggorengan adalah untuk mengurangi kadar air
dalam mie dan pemantapan pati tergelatinisasi. Kadar air setelah penggorengan
adalah 4% sehingga mie menjadi matang, kaku dan awet.
g)
Cooling atau
Pendinginan Proses pendinginan adalah proses pengangkutan mie panas setelah
proses penggorengan ke dalam ruangan pendingin mie. Ruangan pendingin mie
adalah ruangan atau lorong yang terdiri dari sejumlah kipas untuk menghembuskan
udara segar ke mie-mie yang dilewatkan dalam ruangan tersebut. Tujuan proses
pendinginan adalah untuk mendinginkan mie panas yang keluar dari proses
penggorengan hingga diperoleh suhu ± 30°C sebelum dikemas dengan etiket. Dengan
diperolehnya suhu mie yang rendah sebelum dikemas maka mie akan lebih awet
untuk disimpan dalam etiket selama beberapa waktu dan menghindari penguapan air
yang kemudian menempel pada permukaan bagian dalam etiket yang dapat
menyebabkan timbulnya jamur. Lamanya proses pendinginan adalah kurang lebih dua
menit.
h)
Packing atau
Pengemasan Proses yang terakhir dalam produksi mie adalah pengemasan atau
packing. Pengemasan mie adalah proses penyatuan dan pembungkusan mie, bumbu,
minyak bumbu dan solid ingredient lainya dengan menggunakan etiket sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari proses pengemasan adalah
untuk melindungi mie dari kemungkinan-kemungkinan tercemar atau rusak sehingga
mie tidak mengalami penurunan mutu ketika sampai kepada konsumen. Setelah
dikemas, selanjutnya mie tersebut akan dimasukkan ke dalam karton. Setelah mie
dimasukkan ke dalam karton seluruhnya, karton akan direkatkan dan kemudian
menuju gudang untuk disalurkan.
b. Krisna Bali (Cok Konfeksi)
Tak selamanya mereka yang nakal luar
biasa saat kecil akan berakhir dalam kegagalan hidup di masa depannya. Namun
justru terkadang bila dsatang sebuah kesempatan dan kepercayaan yang dilandasi
dengan rasa sadar maka siapapun mereka dengan masa lalu kelamnya akan dapat
berubah menjadi sosok yang luar biasa yang siap menyongsong kesuksesan
kehidupan barunya. Gusti Ngurah Anom, begitu nama lengkap pria asl Buleleng 5
Maret 1971 ini lahir dan dibesarkan di daerah Tangguwisia, sebuah desa kecil di
kecamatan Seririt, kabupaten Buleleng , Bali. Pak Anom lahir dari rahim Made
Taman dan menjadi bungsu dari 7 bersaudara yang hidup sangat dekat dengan
kemiskinan dalam kebersahajaan keluarga petani.
Tidak seperti kakak – kakaknya yang
lainnya, Anom semenjak kecil memang terlihat berbeda, hiperaktif, bandel,
agresif, lincah dan berwatak keras, ingin agar setiap permintaanya dikabulkan.
Sikap berani dan keras kepalanya semakin menonjol, bahkan pada saat bersekolah
di SDN 1 Tangguwisia. Mengabaikan pelajaran sekolah, tidak pernah belajar
dirumah ataupun mengerjakan PR, melawan ajaran guru dan menjadi langganan
mendapat hukuman di sekolah adalah hal biasa dalam keseharian Anom. Karena
perilakunya ini, Anom kecil cenderung dianggap sebagai sumber kenakalan. Walau
demikian, Anom selalu dapat naik kelas seperti teman – temannya yang lain, dan
mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya sehingga kemudian dapat melanjutkan
sekolah di SMPN 1 Seririt. Pada saat hari kelulusan tiba, Anom dinyatakan lulus
SMP dan dapat melanjutkan studinya di SMA yang berjarak 3 kilometer dari
rumahnya.
Tiba – tiba sang ayah memanggil
Anom, dan mengatakan bahwa Anom harus berhenti karena orangtua tidak mampu. Di
bebani dengan syarat itu, seketika hati Anom terluka, masa depannya seolah
terberangus, Ia marah merasa sebagaiu anak terakhir yang diperlakukan berbeda
dari semua saudaranya hingga tega untuk memutuskan kesempatannya bersekolah di
SMA. Rasa kecewa menghantamnya, akhirnya Anom pergi dari rumah naik truk menuju
Denpasar. Setiba di Denpasar, truk berhenti di sekitar terminal Ubung dan Anom
juga turun disana.
Ia melanjutkan perjalanan mengikuti
langkah kakinya. Berkilo – kilo berjalan di belantara kota menelusuri jalan
yang baru pertama kali dipijaknya tidak membuat gentar hati Anom untuk terus
melangkah mengawali petualangan nasib tanpa sanak keluarga. Dalam perjalanan
itu rasa haus cukup tuntas dengan hanya minum air sungai yang mengalir di
antara pematang sawah yang terlalui. Perut lapar tak dihiraukannya, Anom terus
berjalan dan berjalan semakin jauh hinnga sampai kakinya merasa teramat letih
dan berhenti tepat di depan gardu Pos SATPAM Hotel Rani di Sanur.
Anom beristirahat sebentar sambil
mulai berpikir langkah selanjutnya. Beberapa saat istirahat akhirnya Anom
memutuskan untuk menetap dan menumpang sementara di Pos SATPAM itu, matanya
mencari – cari apa yang bias dilakukannya untuk menarik perhatian karyawan,
petugas atau siapa saja di Hotel Rani hingga Ia dapat memperoleh makanan untuk
mengganjal perutnya yang kosong. Dan karena alas an inilan, Anom bangkit dari
duduknya dan segera dengan tekun memunggutu sampah dan membersihkan halaman
taman di sekitar gardu pos. Tidak banyak yang diharapkan dari Anom, Ia hanya
ingin menunjukkan tekad untuk bekerja dan berusaha menujukkan keberadaannya
disana bermanfaat dan berguna, hingga bias saja nantinya akan muncul kesempatan
terbuka untuknya. Keberuntungan menyertai Anom saat itu, aksi bersih –
bersihhya dilihat langsung oleh pemilik Hotel Rani yang kemudian langsung
menghampirinya.
Kesempatan ini dimanfaatkan Anom
untuk meminta izin agar diperbolehkan menumpang di Pos SATPAM sambil sebelumnya
menceritakan ikhwal kisah perantauannya dari Buleleng hingga tiba di
Sanur. Dengan janji ikut menjaga
keamanan dan kebersihan di sekitar Pos SATPAM, Anom pun diizinkan menetap di
sana. Keesokan paginya, tanpa diperintah dengan sigap Anom telah mencuci bersih
mobil pemilik Hotel Rani, laluy diteruskannya pada mobil – mobil para tamu yang
ada. Dan khusus untuk mobil para tamu hotel itu, anom meminta imbalan jasa cuci
kepada pemilik mobil sebelum mereka berangkat berwisata dengan armada yang
bersih.
Dari kerja mencuci tersebut Anom mulai dapat
mengumpulkan uang yang lumayan, paling sedikit Rp.2.500,00 ada dikantongnya.
Jumlah yang tergolong besar kala itu mengingat sebungkus nasi dan kopi saja
tidak lebih seharga Rp.75,00. maka tak heran bila kemudian Anom merasa betah
dan giat melakoni profesi sebagai tukang cuci mobil dari hotel ke hotel di
sekitar hotel Rani di Sanur. Hampir 2 tahun sudah kiprah mencuci kendaraan ini
dijalani Anom, sampai kemudian Ia harus rela untuk berhenti dari pekerjaan
menguntungkan itu hanya karena fisiknya tak mampu lagi bertahan dari serangan
rheumatic akut akibat terlalu lama bergumul dengan air.
Sakit dan menganggur, kemudian Anom
memutuskan untuk tinggal menumpang di rumah pamannya., seorang pengusaha
konfeksi kecil – kecilan yang sempat beberapa kali Ia singgahi beberapa waktu
sebelumnya semasa Anom masih tinggal di Pos SATPAM Hotel Rani. Mondar mandirnya
Anom ke konfeksi pamannya kala itu disebabkan karena rupanya disana bekerja
seorang gadis asal Buleleng teman satu SMP Anom dahulu yang membuat Ia jatuh
cinta, bernama Ketut Mastrining. Selama tinggal bersama pamannya, Anom turut
membantu segala pekerjaan konfeksi dengan ikhlas meski tanpa upah. Dapat
tinggal dan makan serta berdekatan dengan Ketut Mastrining, seorang tukang
jahit di konfeksi itu sudah membuat Anom bahagia. Namun walau begitu besar
cinta Anom kepada Mastrining, gadis ini selalu menolaknya.
Ia kenal betul siapa Anom, anak yang
nakal dan keras kepala sewaktu SMP, suka membredeli buku teman – temannya dan
menjadi langganan mendapat hukuman di sekolah, Mastrining tidak yakin bahwa
Anom dapat berubah, apalagi terdengar kabar bahwa Anom adalah pemuda lontang –
lantung tanpa masa depan. Geram direndahkan begitu, Anom kembali bertekad
menunjukkan bukti pada Mastrining bahwa Ia telah berubah dan mampu menjadi
sesuatu hingga pantas mendapat cintanya. Dengan semangat itu, Anom memberanikan
diri datang menemui Pak Sidharta pemilik Konfeksi Sidharta yang kerap memberi
pekerjaan jahitan di konfeksi pamannya. Melihat kesungguhan pemuda yang ingin
sekali bekerja, Pak Sidharta memberi kesempatan kepada Anom menjadi pegawainya
dengan tugas pertama sebagai karyawan lapangan mengambil dan mengantar
keperluan jahitan.
Selama mengabdi di konfeksi
Sidharta, Anom diberlakukan sangat baik, sehingga Ia berusaha keras menunjukkan
kerja sebaik – baiknya dan belajar banyak hal dari pak Sidharta yang selalu
memberikan petuah – petuah untuk memotivasinya. Berkat itulah wawasan Anom
perlahan terbuka hingga jauh melampaui kedewasaan pemuda seusianya. Berbekal
kepribadian yang matang itu, Anom mengutarakan cintanya pada Ketut Mastrining,
Ia meyakinkan bahwa cintanya kelak akan terbuka sebuah masa depan yang pasti.
Dan akhirnya Anom pun mengakhiri masa lajangnya dan menikahi Mastrining, lalu
memboyongnya di sebuah rumah kontrakan di Jalan Tukad Irawadi sambil memulai
usaha konfeksi Sidharta.
Lambat laun usaha konfeksinya
berkembang dan mulai menerima order dari pabrik garment, kantor serta hotel –
hotel, dimana peningkatan ini mendorongnya pindah ke tempat yang lebih besar di
Jalan Pakis Haji, Tanjung Bungkak Denpasar kisaran awal tahun 90-an. Memasuki
tahun 1992 dengan tekad untuk melebarkan pangsa pasar dan mendekati pasar umum
untuk membangun kesinambungan operasional usaha konfeksinya, maka Anom
didukukng istrinya memberanikan diri membuka toko baju kaos di Jalan Nusa Indah
Denpasar dan memberikan trade mark usaha konfeksinya dengan nama Cok Konfeksi yang berlokasi tak ajuh
dari areal Gedung Art Centre sebagai pusat kegiatan pesta seni dan budaya Bali.
Dengan hak penuh kepemilikan ini,
Cok Konfeksi semakin tajam membangun jaringan kerja dan menggali order
keberbagai lini pangsa pasar, hingga dalam kurun waktu yang tak terhitung lama,
nama Cok Konfeksi telah mampu diperhitungkan sebagai salah satu industri besar
di Bali yang menjadi pembuka gerbang kesuksesan pemuda asal Buleleng ini yang
kemudian akrab dipanggil dengan sebutan Pak
Cok persis seperti nama usaha konfeksi miliknya. Mengawali keberhasilan
hidupnya iti, Anom meluruskan hati dengan mawas pada dirinya untuk menunjukkan
bakti kepada orang tuanya di desa.
Ia telah menyadari bahwa
sesungguhnya dahulu ayahnya bermaksud baik kepadanya dan justru karena itulah
apa yang dulu Ia anggap sebagai amarah kini telah berbalik menjadi segunung
berkah. Sementara dalam bidang usaha, rupanya industri konfeksinya semakin maju
pesat dari athun ke tahun. Saat itulah berkat hasil terkumpul dari kerja keras,
ketekunan, kesabaran, kejelian membaca peluang dan didukung sikap dasar
kreativitas dan inovasinya, Anom menggagas sebuah ekspansi usaha yang lahir
dari ide cerdas untuk memanfaatkan arus wisatawan yang berkunjung ke Bali.
Dalam benak Anom tergambar niatan membuat sebuah sentral oleh – oleh khas Bali
yang menyediakan semua pernak- pernik khas Bali. Seperti: aneka camilan, kaos
anak – anak dan dewasa, batik, tas kreasi, alat musik tradisional, aksesoris
pria dan wanita, bedcover, lukisan, kain pantai, laying – laying, kerajinan
kayu, alas kaki hingga frame foto, termasuk beragam kaos made in Cok Konfeksi.
Ide itupun kemudian berhasil terealisai dengan
dibukanya sebuah pusat oleh – oleh Bali yang bernama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali pada tanggal 16 Mei 2007 di Jalan
Nusa Indah No. 77 Denpasar – Bali. Dari sanalah lalu terpikir oleh Anom untuk
mulai merintis produksi baju kaos sendiri sebagai cenderamata khas Bali
bergambar karikatur didesain unik secara khusus melibatkan para designer
terkemuka. Dan benar saja, persis seperti prediksinya, segmen oleh – oleh
khususnya berupa baju kaos khas Bali yang dibuat konfeksinya meledak diminati
pasar. Melihat banyaknya antusiasme wisatawan yang datang berkunjung dan
membeli baju khas karikatur Bali ini membuat Krisna Oleh – Oleh Khas Bali sukses besar dengan penjualan
melampaui target yang ditentukan. Disamping itu beragam oleh – oleh khas Bali
lainnya yang tersedia lengkap juga tidak kalah menyedot minat para pengunjung.
Karena besarnya minat dan animo
masyarakat, Anom bertekad mengembangkan jelajah dagangannya menjadi lebih besar
mengikuti perkembangan pasar. Untuk itulah ia lalu menggandeng rekanan pemilik
property di kawasan Jalan Nusa Kambanagan Denpasar untuk bekerjasama mendirikan
Krisna Oleh – Oleh Khas Bali yang ke dua yang dirancang matang dengan areal
parkir yang luas, sarana belanja yang lapang serta berbagai fasilitas
kenyamanan berbelanja berikut sebuah rumah makan dikonsep tertata. Menyadari
cukup banyaknya minat konsumen dengan produk yang dimiliki Krisna Oleh – Oleh Khas Bali satu di Jalan Nusa Indah dan potensi pasar yang
besar, maka kemudian terealisasilah Krisna
Oleh – Oleh Khas Bali di Jalan Nusa Kambangan 160 A Denpasar pada
tanggal 16 Mei 2008 yang mengawali gaung kesuksesan besar Anom.
Dalam waktu yang relatif singkat,
nama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali
cepat populer, jaringan kerjasama yang dibangun Anom dengan praktisi pariwisata
dan komponen pendukungnya seperti biro perjalanan, Himpunan Pramuwisata
Indonesia (HPI) dan juga para pengemudi jasa angkutan wisata, taxi dan
sebagainya dirasa sebagai terobosan jitu semakin mentenarkan nama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali sebagai
pusat belanja oleh – oleh khas Bali dengan harga murah bermutu yang tidak
pernah sepi dari serbuan pengunjung.
Belum berakhir disini, keberhasilan
Krisna Oleh – Oleh Khas Bali Nusa Kambangan kembali memacu gairah wirausaha
Anom untuk mempersembahkan sebuah mega areal pusat belanja oleh – oleh terbesar
di Bali. Benar saja, bermula dari keagresifan dan semangat pantang menyerah
akhirnya pada tanggal 16 Mei 2009 diresmikan sebuah imperium dagang mega outlet
pusat perbelanjaan Krisna Oleh – Oleh Khas Bali di kawasan Sunset Road Kuta,
yang sengaja dibangun untuk memudahkan dan memanjakan para wisatawan untuk
berbelanja memperoleh cenderamata khas Bali dengan nyaman, hemat di tempat yang
respresentatif dengan keindahan sunsetnya.
Belum juga berakhir sampai disitu,
dengan segala ketulusan hati ingin menampung tenaga kerja dan menyalurkan hasil
karya pengrajin lebih banyak lagi, Anom memperluas lagi areal Krisna Oleh – Oleh Khas Bali Sunset
Road tersebut menjadi dua kali lipat ( seluas 1000 m2 ) sehingga
semakin menguatkan gaung Krisna Oleh – Oleh Khas Bali sebagai pusat oleh – oleh
terbesar di Pulau Dewata. Terinspirasi dari denyut kehidupan dikawasan Kuta
yang tak pernah padam, muncul dinenam Anom untuk mengikuti irama kehidupan.
Tahun 2010 didirikanlah Krisna Oleh – Oleh Khas Bali yang ke empat dengan nama Rama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali dengan konsep buka 24 jam non stop.
Ini menandakan kehidupan pariwisata Bali yang tidak akan pernah berhenti. Kini
di tengah kebesaran industri dagang yang berkibar itu, Anom tidak kehilangan
kearifannya, Ia semakin banyak melibatkan diri pada kegiatan sosial dan berada
di balik banyak bantuan bagi mereka yang kurang mampu, panti asuhan dan
berbagai kegiatan kemasyarakatan. Ia ingin membagi berkah yang telah dititipkan
Tuhan kepadanya, menebarkan keseimbangan hidup dengan kebaikan yang tulus
sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta yang telah menggariskan perjalanan
hidupnya dengan mengubah amarh menjadi limpahan berkah.
Perkembangan
sentra oleh-oleh khas Bali di Pulau Dewata itu kini bagai jamur di musim hujan.
Salah satunya adalah “Krisna Oleh-oleh Khas Bali” milik I Gusti Ngurah Anom. Krisna
merupakan toko oleh-oleh khas di Bali seperti halnya Joger atau beberapa outlet
lainnya yang meramaikan pariwisata di Pulau Dewata. Rata-rata kunjungan tamu
per hari bisa mencapai lima ribu orang. Bahkan, saat liburan panjang atau akhir
pekan bisa sampai sepuluh ribu orang. Boleh dibilang usaha yang dikelola I
Gusti Ngurah Anom, akrab dipanggil Pak Cok ini, merajai toko pusat oleh-oleh di
Bali.
Selain dipanggil
Pak Cok ia juga biasa disapa Ajik. Saat ini ada empat “Krisna Oleh-oleh Khas
Bali” yang tersebar di Bali, yakni di: Jl. Nusa Indah No.77 dan Jl. Nusa
Kambangan 160A, keduanya di Denpasar; Jl. Sunset Road No.99 di Kuta dan di Jl.
Raya Tuban di dekat Ngurah Rai Airport. Dari keempat toko tersebut yang
paling besar dan luas adalah yang di Sunset Road, Kuta. Pusat oleh-oleh ini
berdiri 2009 di atas lahan 14.000 meter persegi. Outlet ini merupakan
pengembangan dari dua lokasi sebelumnya. Krisna di Jl. Nusa Indah berdiri pada
2007 dan yang di Jl. Nusa Kambangan berdiri 2008. Adapun Krisna yang di Jl.
Raya Tuban berdiri 1 November 2010.
Pusat oleh-oleh
yang diklaim terbesar di Bali ini menjual aneka oleh-oleh khas Bali mulai
makanan khas Bali seperti kacang Bali, kacang matahari, aneka kue, baju kaos
khas Bali, sarung Bali, sandal, dan berbagai pernak-pernik khas Bali lainnya.
Selain itu tersedia lukisan, perak, patung, dan berbagai suvenir khas Bali. Semua
cenderamata yang dijual di “supermarket” oleh-oleh khas Bali ini ditawarkan
dengan harga terjangkau. Adapun moto Krisna Ngapain Mahal Kalau Bisa Murah
terus berkembang dan semakin populer. Ke depan, kata Cok, Krisna akan
mengembangkan pula pusat kuliner dan camilan nusantara. Juga akan ada Krisna
Galeri yang khusus menjual aneka karya seni, termasuk lukisan dan
patung-patung. "Kelebihan Krisna dibanding pusat oleh-oleh lain di Bali,
antara lain: parkir sangat luas, ruang belanja ber-AC, ruang tunggu nyaman,
hingga food court dengan menu lengkap. Dan, yang pasti, harganya jauh lebih
murah,” ujar Pak Cok berpromosi. Barang-barang yang dijual di Krisna sebagian
besar produksi pengrajin kecil asal Bali. "Barang-barang di sini dibuat
ratusan pengrajin binaan kami dari seluruh kabupaten di Bali. Kami berharap
para pengrajin dapat memasarkan hasil produknya secara kontinu. Jadi ada
hubungan saling menguntungkan antara Krisna dengan para pengrajin,” jelas
pebisnis muda yang ramah ini.
Tidak Tamat SMA Sukses yang
diraih I Gusti Ngurah Anom tidak datang begitu saja. Pria kelahiran di
Buleleng, Bali, 5 Maret 1971 dari pasangan petani Gusti Made Raka dan Gusti
Made Taman ini sejak kecil merasakan hidup kekurangan. Meski kemauannya untuk
belajar tinggi, bungsu dari tujuh bersaudara ini tak menamatkan bangku Sekolah
Menengah Atas (SMA). Suami dari Ketut Mastrining ini sejak kecil dikenal
sebagai anak nakal dan usil, selalu berontak atas kondisi yang dihadapinya. Dia
marah karena tak menyelesaikan sekolahnya di SMA. "Karena marah dan kecewa
waktu itu saya kabur dari rumah. Saya nekat kabur tanpa membawa uang sepeser
pun dan berpakaian seadanya,” ceritanya pada eksekutif belum lama ini di ruang
kerjanya.
Karena tidak
membawa uang sepeser pun, Cok menumpang pada supir truk yang hendak menuju
Denpasar. Dia turun di daerah Ubung dan berjalan tak menentu arahnya. “Setelah
turun di Ubung saya mencari sungai untuk minum dan membersihkan badan. Kemudian
saya berjalan menyusuri sungai. Pertimbangannya, di sepanjang sungai saya tak
akan kesulitan mencari air minum atau makanan,” paparnya.
Setelah berjalan
kaki selama beberapa hari, Cok akhirnya tiba di sebuah hotel di kawasan Sanur.
Di sana Cok bertahan hidup dengan menjadi tukang cuci mobil tamu hotel.
Pekerjaan ini dilakoninya selama dua tahun. “Saya tinggal dan tidur di pos
satpam hotel. Meski jadi tukang cuci mobil, penghasilannya lumayan. Saya merasa
sudah sukses dan kaya waktu itu karena punya banyak uang dari mencuci mobil
tamu hotel,” ungkap Cok tentang masa lalunya yang keras. Setelah dijalani
selama dua tahun, pekerjaan mencuci mobil akhirnya dihentikan. Ia menderita
penyakit reumatik karena setiap hari kedinginan terkena air. Akhirnya Cok
bekerja di perusahaan konveksi milik pamannya di Denpasar. Di tempat ini dia
mulai belajar menjahit pakaian dan mempelajari seluk beluk usaha konveksi.
Selanjutnya Cok
bekerja di konveksi milik seorang pengusaha sukses. Di sini dia menjadi orang
kepercayaan karena sifatnya yang rajin dan suka bekerja keras. Setelah menjadi
karyawan di konveksi tersebut selama beberapa tahun, Cok memberanikan diri
membuka usaha konveksi sendiri, dengan modal awal Rp 30 juta. Pada 2001, usaha
yang diberi nama Cok Konveksi berkembang pesat menjadi salah satu usaha
konveksi terbesar di Bali. Enam tahun kemudian Cok memperluas jenis usahanya
dengan membuka pusat oleh-oleh khas Bali yang diberi nama “Krisna Oleh-oleh
Khas Bali”. Usaha itu pun kini sudah berkembang dengan omzet hingga miliran
rupiah per bulan untuk masing-masing toko.
Untuk bisa
meraih sukses seperti saat ini, Gusti Ngurah Anom mengaku dia harus jujur,
bekerja keras dengan turun langsung mengawasi roda usahanya, dan mempunyai
strategi bisnis yang variatif. "Tiap hari saya tidur hanya tiga jam.
Paling lama empat jam. Sisanya saya gunakan untuk bekerja mengawasi usaha
konveksi dan pusat oleh-oleh ini,” ujar Cok seraya mengaku dirinya memang
pribadi yang suka bekerja.
Pria yang telah
dikarunia empat putra ini membuktikan pendidikan bukanlah satu-satunya cara
untuk meraih sukses. Meski hanya sekolah “S-2” (maksudnya SD dan SMP) namun Cok
membuktikan, dengan keberanian, ketekunan, dan tekad kuat, seseorang bisa
sukses. Kini Cok bisa mempekerjakan 950 karyawan dan menjadi sarana pemasaran
untuk para pengrajin dan UKM di Bali. Sanggup menghidupi segitu banyak orang,
bahkan hingga ribuan jumlahnya, tak disangkal definisi sukses yang relevan buat
masyarakat kita kini.
c. Angga Cahaya Dewata Garment
AGUNG DARMAYUDA, lahir di manado 10
juni 1966, dari orang tua yang berasal dari gianyar. bapaknya tentara,
ibundanya meninggal saat usia AGUNG YUDA umur 5 tahun. Agung Yuda mempunyai
saudara 3 orang. dan 1 saudara tiri,dari hasil pernikahan bapaknya yang kedua.
Kehidupan yang dialaminya banyak rintangan dan cobaan Agung Yuda lalui dalam
hidupnya. Hidup beliau kurang begitu beruntung,
saat seusianya dia harus menerima kenyataan untuk melakukan segala
sesuatu sendiri . sampai akhirnya
setelah beliau lulus sma beliau harus memikirkan untuk masa depannya. Karena
kondisi waktu itu beliau adalah anak pertama dan beliau harus menjadi panutan
untuk adik2nya. Sampai akhirnya beliau memutuskan untuk kuliah sambil kerja.
Karena di waktu kecil beliau
bercita-citakan menjadi anggota aparat. Ternyata saat itu keberuntungan tidak
ada di pihaknya . Tapi beliau tidak patah semangat. Sampai akhirnya beliau
mengikuti tes PNS untuk kesekian kalinya dan akhirnya di terima . beliau
bekerja selama 2 minggu sampai akhirnya beliau mendapatkan tugas keluar kota
selama 1 tahun .setelah selesai
melaksanakan tugas selama 1 tahun
akhirnya beliau kembali ke bali dan bertugas di bali. Saat itulah beliau bertemu
dengan seorang gadis yang membuatnya merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama yang bernama kadek
imawati Berhubung gadis itu cucu dari pemilik salah satu kos – kosan yang di tempati teman beliau. Maka beliau
selalu berkunjung ke kos – kosan tersebut.
Sampai akhirnya mereka berpacaran.
Saat itu beliau mendapat tantangan dari kedua
orang tua Kadek Imawati, yaitu tidak disetujui hubungan mereka karena
pada waktu itu beliau belum mapan. Dari situ beliau berusaha keras dan
meyakinkan kalau dia bisa mencukupi kebutuhan mereka kelak. Dan dari situ Kadek
Imawati mempunyai inisiatif supaya hubungan mereka di restui yaitu dengan kuliah sambil bekerja .pada saat
itu Kadek Imawati bekerja di salah satu garment yang ada di bali. Kadek Imawati
sangat semangat bekerja. Sampai akhirnya sakit tipes dan harus di rawat selama
beberapa minggu.
Karena merasa ambil libur terlalu lama akhirnya dia
mempunyai inisiatif untuk bekerja di rumah.
Sambil bekerja sambil menyelesaikan
tugas kuliah .saat itu Kadek Imawati mengajak tetangganya untuk bekerja
Bersama dia . karena banyak yang berminat akhirnya kerjaan pun mampu
terslesaikan dengan cepat.dari situ kadek imawati memikirkan untuk membuka
confeksi. Dan Agung Darma Yudha turut membantu.
Sampai akhirnya mendapatkan hasil
yang di rasa cukup untuk membuktikan kalau Agung Darma Yudha bisa memenuhi kebutuhan
kadek imawati. Akhirnya mereka di restui untuk menikah dan setahunsetelah
pernikahan. mereka di karuniai anak laki – laki .dan mereka terus mengenalkan
hasil produksi confeksi mereka kepada teman ke teman. Sampai akhirnya teman –
teman mereka suka dan mempercayai hasil – hasil produksi confeksi tersebut.
Dari situ terbukalah pikiran mereka
untuk membuka toko yang bernama ANGGA COLLECTION Nama Angga Collection sendiri
di ambil dari nama anak pertama mereka
yang bernama Agung Angga Pratama Saat itu demo partai lagi besar – besarnya. Di
kesempatan itu dimanfatkanlah keadaan
tersebut untuk menerima orderan partai.
sampai akhirnya mereka mendapatkan orderan kaos partai Dari situlah mereka
memikirkan untuk membuat cabang yang berikutnya yaitu dwixbordir Nama dwix
bordir sendiri di ambil dari anak kedua mereka yang bernama Agung Dwix
Cahayana.
Karena agung darmayudha gemar
fitness .dari situ terpikirlah di benak
Kadek Imawati untuk membukakan usaha Gym untuk suaminya Yang sampai akhirnya
keinginan itu terwujud dan terbukalah Gym yang di beri nama Dewata Gym Saat bom
bali 2002 yang lainnya menutup usaha tetapi kadek imawati memberanikan diri
untuk membuka usaha menjual kain yang di beri nama dewata kain yang terletak di
Jl. Teuku Umar Karena permintaan kain pada waktu itu cukup tinggi. Setelah
sukses membuka toko kain tidak membuat kadek imawati puas dan menikmati hasil
jerih payah mereka. Di benaknya terpikirlah usaha apa yang sekiranya dapat
membantu nama bali menjadi lebih di kenal lagi.sampai akhirnya kadek imawati di
perkenalkan oleh salah satu orang yang berniat menjual rumah yang letaknya
strategis untuk membuka usaha.
Dan terpilihlah gedung tersebut.
untuk di buka oleh – oleh khas bali yang di beri nama dewata oleh – oleh khas
bali yang di dirikan pada tanggal 30 Maret 2010. Yang berdiri kokoh dan di
kenal sampai sekarang Berkat kegigihan dan kerja keras mereka nama dewata group
sanggup berdiri sampai sekarang. Karena kritik dan saran dari teman – teman
pada tanggal bulan tahun 2012 di bukalah RUMAH PRODUKSI DEWATA KAOS BALI yang
bertujuan untuk menerima kunjungan industry Dari situlah bisa di ambil
kesimpulan bahwa roda terus berputar .tidak selamanya dibawah jika mau berusaha
keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar